
Dra. Safitri, M.Si.
Dosen Fakultas Psikologi
Universitas Esa Unggul Jakarta
Kemiskinan masih merupakan salah satu
masalah besar bagi bangsa Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah
untuk mengentaskan kemis-kinan adalah melalui program peningkatan
penda-patan dan menurunkan beban hidup penduduk miskin. Peningkatan
pendapatan keluarga dapat dicapai melalui pendidikan formal maupun
infor-mal. Namun demikian, pendidikan bukan hanya menjadi tangung jawab
pemerintah tetapi keluarga dan masyarakat. Ketidakmampuan memberikan
pendidikan yang layak sejak usia dini, anak-anak dan remaja bukan hanya
akan menimbulkan persoalan kenakalan remaja tapi dalam jangka panjang
akan menimbulkan kemiskinan baru. Untuk melakukan perbaikan kualitas
hidup maka diperlukan kegiatan intervensi dini untuk anak- anak melalui
pemberdayaan komunitas.
Program ini bisa dimulai dengan menambah
kemampuan orang tua dalam pengasuhan (paren-ting), diantaranya
mengenalkan komunikasi efektif dalam pengasuhan anak, karena sangat
penting bagi kesehatan mental keluarga. Satir(1988, dalam Deaux 1993)
menyatakan bahwa keluarga yang sehat (healthy family) memiliki beberapa
karak-teristik tertentu yang akan mampu membina anggotanya menjadi
pribadi yang sehat mentalnya, dan diharapkan pada jangka panjang dapat
meng-hasilkan anak-anak yang mempunyai high compe-tency., seperti dapat
dilihat pada bagan 1.
Meskipun peran orang tua (bapak dan ibu)
penting dalam membina komunikasi keluarga, na-mun peran ibu memiliki
hubungan yang istimewa, yang disebutkan oleh Bowbly (1973), bahwa
kede-katan antara ibu dan anak akan mempengaruhi model mental diri anak,
yaitu pandangan terhadap diri sendiri dan orang lain. Artinya, apabila
ibu me-miliki keterampilan berkomunikasi yang baik de-ngan anak, maka
model mental diri anak akan baik, sehingga pertumbuhan kesehatan mental
anak akan lebih positif. Dengan pertimbangan pentingnya pe-ran ibu
tersebut, maka ibu-ibu dipilih sebagai target intervensi, diutamakan
ibu-ibu yang mempunyai anak usia 3-6 tahun, yang merupakan masa
perkem-bangan kemahiran bicara anak (Biddulph, 2004)
Dalam psikologi ada beberapa teori yang
berusaha menjelaskan bagaimana manusia belajar dari berbagai sudut
pandang seperti Behaviorism, Neobehaviorism dan Cognitivism (Parsons, et
al, 2001). Salah satu penganut teori pembelajaran ini adalah Albert
Bandura yang pertama kali mengem-bangkan teori belajar sosial,
menyatakan bahwa dalam proses belajar yang dilakukan manusia terjadi
dalam konteks sosial. Seseorang belajar untuk berperilaku sesuai dengan
kebutuhan lingkungan-nya, melakukan suatu perilaku yang baru dipelajari
bukan hanya karena ada rangsangan yang meng-akibatkan respon tertentu
tapi juga sangat dipenga-ruhi oleh pengamatan. Pengamatan tersebut
dilaku-kan terhadap model sehingga orang tersebut akan melakukan
perilaku sama dengan perilaku model. Teori belajar sosial menyatakan
bahwa manusia berperilaku ditentukan oleh 3 faktor yang saling
berinteraksi, yaitu :
- Faktor kognisi, yaitu anggapan-angggapan, pe-ngetahuan, keyakinan dari seseorang
- Faktor perilaku, yaitu kesiapan seseorang untuk bertindak
- Faktor lingkungan, yaitu keadaan sekitar di-mana seseorang berada
Ketiga faktor ini saling berhubungan dan
saling mempengaruhi seseorang untuk berperilaku. Faktor lingkungan,
kemampuan untuk memproses simbol-simbol yang ada dalam lingkungan untuk
berperilaku, akan berpengaruh pada perilaku. Jadi apabila ketiga faktor
ini dapat dipenuhi, maka manusia akan berperilaku tertentu sesuai dengan
informasi apa yang didapat dari ketiga faktor
Ibu adalah tokoh penting yang berperan
bagi anak untuk menjadi model peran anak, dan memiliki hubungan yang
istimewa, yang disebutkan oleh Bowbly (1973), bahwa kedekatan antara ibu
dan anak akan mempengaruhi model mental diri anak, yaitu pandangan
terhadap diri sendiri dan orang lain. Ibu adalah lingkungan yang pertama
dikenal oleh anak, yang memberikan makan anak, memperhatikan sehat dan
sakitnya anak serta mengajak anak bermain (Patmonodewo, 2001). Untuk
itulah seorang ibu perlu mempelajari atau-pun berpengalaman mengenai
bagaimana mendidik anak yang benar. Dengan pengetahuan yang dipe-lajari
tersebut ditambah dengan kemauan untuk menerapkan dalam membina
hubungan dengan anggota keluarga, akan menjadi faktor utama dalam
kehidupan seorang anak. Dasar pemikiran inilah yang mendorong pemilihan
target sasaran adalah para ibu.
Kemiskinan selalu diidentikkan dengan
ku-rang gizi, putus sekolah, kepedulian kesehatan rendah, kriminalitas,
dan fenomena negatif lainnya. Kemiskinan di perkotaan sudah menjadi
agenda nasional. Banyak program yang sudah dilakukan untuk mengatasi
ini baik oleh pemerintah maupun lembaga non pemerintah. Selain
program-program yang bersifat ekonomi, ada ilmu yang relatif baru untuk
mengatasi kemiskinan yaitu intervensi dini. Intervensi dini dilakukan
untuk membantu anak da-lam keluarga dengan tujuan agar anak dapat
bertahan dengan optimal dalam pertumbuhan dan perkembangannya (Zigler
dalam Patmodewo, 2001). Program-program intervensi dini dapat ditujukan
langsung kepada anak, kepada ibu ataupun kombi-nasi yaitu ditujukan
kepada anak melalui ibu
- Program “Bina Keluarga Balita” yang diperun-tukkan bagi para ibu dan anggota keluarga lain.
- Program ‘Ibu Maju Anak Bermutu” yang ditu-jukan kepada ibu dengan anak usia 12-24 bulan.
- Program “ Meningkatkan Minat Anak Terhadap Sain (PEMINAS 1988)” yang ditujukan kepada orang tua atau ibu dengan anak usia 4-5 tahun yang berasal dari keluarga menengah ke bawah di daerah Depok, Jawa Barat.
Dalam perubahan sosial yang terencana,
Garth N. Jones (Zaltman, 1972) menekankan adanya tujuan bersama,
kerjasama yang terarah antara social science operasional dengan sistem
organisasi (komunitas, organisasi, individu dan kelompok), menggunakan
metode ilmu pengetahuan dan tek-nologi secara sistematik dan efektif,
serta ber-dasarkan perencanaan yang matang, rasional, aktual, valid
serta reliabel. Sedangkan pada tindakan sosial, Philip Kotler (1972)
membagi atas lima (5) elemen yaitu: caused (penyebab perubahan), change
agency (agen perubahan), change target (target perubahan), channels
(saluran perubahan) dan change strategy (strategi perubahan).
Faktor yang menyebabkan perubahan dapat dikatagorikan atas tiga, yaitu :
- Penyebab untuk pertolongan (helping cau-ses), perubahan terjadi untuk membantu korban, tidak ada usaha untuk menjelaskan ke akar masalah.
- Penyebab karena protes (protes causes), ter-kait terhadap disiplin pada institusi yang bersalah, konsentrasi pada mengidentifikasi institusi yang banyak berkontribusi ke so-sial.
- Penyebab Revolusioner, tujuan sosialnya mengeliminir institusi yang menyebabkan perubahan sosial.
2. Change agency (Agen perubah)
Organisasi yang mencoba membuat perubahan
sosial, bisa sebuah group formal, organisasi for-mal dan partai politik.
Peran agen perubah dapat sebagai pemimpin atau pendukung.
Adalah target/sasaran yang akan diubah
bisa individu, group dan institusi. Misalnya kaum miskin, perokok,
ibu-ibu, pengguna yang potensial dan lain-lain. Target juga bisa untuk
kalangan tak terbatas atau terbatas (misalnya publik, pemerintah,
profesional)
Bagian yang mempengaruhi dan merespon
antar change agent dan change target, yang dibeda-kan atas saluran yang
berpengaruh seperti media massa dan selebaran-selebaran dan res-pon
saluran misalnya telepon, email dsb.
Adalah cara atau strategi yang dipakai
oleh agen peubah untuk mempengaruhi target peru-bahan. Ada tiga cara
strategi perubahan, yaitu
- Power/Coercion (kekerasan/paksaan), usa-ha untuk menghasilkan tingkah laku yang patuh atau dapat bekerjasama dalam men-capai target dengan kontrol berupa sanksi
- Persuasif/ bujukan / mempengaruhi, usaha untuk mempengaruhi tingkah laku yang diinginkan melalui identifikasi objek sosial dengan kepercayaan atau nilai-nilai yang ada pada agen peubah
- Edukasi/pendidikan, usaha untuk mempe-ngaruhi tingkah laku yang diinginkan oleh change target melalui internalisasi keper-cayaan dan nilai-nilai baru
Parenting merupakan suatu proses yang
melibatkan interaksi timbal balik dua pihak (anak dan orang dewasa) yang
terus menerus untuk menjamin kesehatan dan kelangsungan hidup anak,
mempersiapkan anak agar dapat menjadi seorang dewasa yang mandiri secara
finansial, dan menjadi seorang dewasa yang dapat berinteraksi sosial
dan berperilaku impersonal yang positif (Martin & Colbert, 1997;
Brooks, 2001). Dalam hubungan tim-bal balik ini, perilaku orang tua bisa
jadi merupakan reaksi terhadap perilaku anak. Sebaliknya, perilaku anak
bisa juga sebagai reaksi dari perlakuan orang tua atau apa yang
dipersepsikannya.
Parenting atau pengasuhan anak menuntut
suatu keterampilan tersendiri seperti halnya peker-jaan kita
sehari-hari. Kita tidak bisa mengandalkan pengetahuan mendidik anak dari
apa yang dilakukan orang tua kepada kita, atau berdasarkan apa kata
teman atau tetangga. Anak berkembang dalam kon-disi dan lingkungan yang
berbeda dalam banyak hal, dan terutama karena setiap anak adalah pribadi
yang unik, cara untuk anak yang satu berbeda dengan anak yang lain.
Orangtua harus sangat bijak dan hati-hati dalam hal ini. Namun demikian,
selalu ada hal umum dalam pengasuhan anak yang perlu diketahui dan
dipelajari oleh setiap orangtua sehing-ga mereka bisa membesarkan
anak-anak dengan baik dan tidak terlalu stres ketika menghadapi
kenakalan anak-anak.
Sikap parenting orang tua sangat
dipe-ngaruhi oleh faktor sosioekonomi yang meliputi faktor pendapatan,
pekerjaan, dan pendidikan orang tua. Secara umum, orangtua dengan status
sosio-ekonomi tinggi bisa memiliki pendapatan, peker-jaan, dan
pendidikan yang lebih baik, sedangkan orangtua dari sosioekonomi rendah
memiliki pen-dapatan rendah, tidak memiliki keterampilan, dan
pendidikanpun biasanya rendah.
Sikap dapat diubah atau berubah melalui
banyak cara, melalui perubahan komponen sikap. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi perubahan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan,
orang lain yang dianggap penting, media massa, ins-titusi atau lembaga
pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu
Badan Perencanaan Pembangunan Kota Depok & Badan Kemitraan Ventura UI, “Pembuatan Perencanaan Penanganan Squatter Kota Depok”, Bappeda, Depok, 2005.
Biddulph Steve, “The Secret of Happy Children”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004.
Biro Pelayanan Program Integrasi-PusDiklat Tenaga Program, “Panduan Orientasi Bina Keluarga Balita”, BKKBN, Jakarta, 1990.
BKKBN, “Modul Bina Keluarga dan Balita”, BKKBN, Jakarta, 1989.
_______, “Laporan Umpan Balik Hasil Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan Pengendalian Lapangan”, Direktorat Pelaporan dan Statistik, Jakarta, 2000.
Brooks Jane, “Parenting”, 3th edition, Mayfield Publishing Company, London, 2001.
David W Johnsons & Frank P Johnson, “Joining Together-Group Theory and Group Skills”, Pearson Education Inc, USA, 2006.
Deaux. Kay; Dane, Francis C & Wrightman, Lawrence S, “Social Psychology in the 90’s”, Brooks/Cole Publishing Company, California, 1993.
Donny Cleopatra dkk, “Final Report Hasil Survey Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas”, Departemen Sipil FT-UI, Depok, 2004.
Gordon Thomas, “PET (Parent Effectiveness Training)”, Peter H Wyden/Publisher, New York, 1973.
Hainah Ellydar, “Laporan Hasil Review Modul Pelatihan Kader BKB-Posyandu”, BKKBN, Jakarta, 2003.
Katherina Camelia, “Upaya Mengoptimalkan Kemampuan Kelompok Ibu Peduli Dalam Mendidik Anak Dini Usia (3-6 Tahun)”, Pasca Sarjana Fakultas Psikologi UI, Jakarta, 2005.
Oskamp, S dan Schultz PW, “Applied Social Psychology”, Prentice Hall, New Jersey, 1998.
Patmodewo, Utami Munandar, “Intervensi Dini Suatu Usaha Alternatif Guna Meningkatkan Kualitas Bangsa dalam Bunga Rampai Psikologi Perkembangan Pribadi”, UI-Press, Jakarta, 2001.
Rakhmat Jalaluddin, “Psikologi Komunikasi”, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1996.
Robert Chambers, “PRA (Participatory Rural Appraisal)- Memahami Desa Secara Partisipatif”, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1996.
Soebandono Joni P, “Pemberdayaan komunitas desa Tegalgede melalui pengembangan agen perubahan”, Pascasarjana Psikologi Universitas Indonesia, Depok, 2006.
Tresnahati Ashar, Sri dkk, “Laporan Kelompok Pelatihan Komunikasi Ibu Rumah Susun Cinta Kasih Tzu Chi”, Pasca sarjana Fakultas Psikologi UI, Jakarta, 2007.
Wibowo dkk, “Materi Pokok Psikologi Sosial”, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka, Jakarta, 1988.
Yayasan Kita dan Buah hati, “Modul KPA untuk peserta TOT”, Yayasan Kita dan Buah Hati, Jakarta, 2001.
Zaltman, Gerald, Kotler, Philip, & Kaufman, “Creating Social Change”, Holt,Rinehart and Winston, Inc, New York, 1972.
More Article Di Sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar