
Dosen Fakultas Psikologi
Universitas Esa Unggul, Jakarta
Seorang pekerja seperti guru/dosen yang
dapat digolongkan sebagai pekerja di bidang social service selalu
dituntut untuk memperhatikan dan memahami para siswanya, besar
kemungkinan akan banyak mengalami masalah terutama menyangkut relasinya
dengan para siswa yang memiliki kebutuhan dan tingkah laku yang
berbeda-beda. Dalam upaya melaksanakan pekerjaan secara lebih baik dan
memuaskan, selain dibutuhkan kemampuan yang memadai di bidang
pekerjaan/profesi tersebut, juga sangat dibutuhkan kesesuaian minat
(interest) dengan pekerjaan yang dilakukannya. Minat yang besar terhadap
pekerjaan mencerminkan sikap positif terhadap pekerjaan tersebut. Guru
maupun dosen yang memiliki minat yang besar di bidang social service,
dengan kata lain minatnya sesuai dengan pekerjaannya berarti ia pun
memiliki kesukaan terhadap pekerjaan tersebut. Perasaan suka, senang dan
puas melakukan suatu pekerjaan yang menjadi profesinya, berarti ada
jalinan hubungan yang sehat dan positif, sehingga akan membantu
seseorang menyesuaikan diri dengan pekerjaannya secara lebih baik (well
vocational adjustment).
Ada beberapa alasan yang mendorong
seseorang untuk bekerja seba-gai guru/dosen, antara lain mendapatkan
gaji, memperoleh status & prestige, mengisi waktu luang, tanpa
memperhatikan sifat pekerjaannya,tuntutan pekerjaannya, beban kerjanya,
resikonya bahkan tanpa memper-hatikan minatnya (interest). Akibatnya,
yang bersangkutan cenderung cepat bosan, tidak bersemangat, banyak
mengeluh, merasa tertekan dan kinerjanya rendah. Dengan perkataan lain,
orang tersebut kurang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan
pekerjaannya, kurang mampu bertingkah laku sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan padanya. Seperti diketahui, profesi sebagai guru/dosen
memang bidang profesi yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan, tidak
dapat terlepas dari keterlibatan dengan orang lain yang seringkali
sebagai tempat “tumpahan” kekesalan para siswa yang merasa kurang puas
dengan materi yang diberikan, metode pengajaran yang dilakukan,
bimbingan & arahan, disiplin yang diterapkan maupun nilai yang
diberikan. Keadaan ini memung-kinkan munculnya reaksi emosi yang
berlebihan dari guru/dosen dan tingkah laku lain yang kurang memuaskan.
Bekal penge-tahuan dan keterampilan di bidang penga-jaran belumlah
cukup, dari mereka para guru/ dosen dituntut pula untuk memiliki minat
yang besar di bidang social service. Minat yang besar terhadap suatu
pekerjaan atau dengan perkataan lain memiliki perasaan suka dalam
melakukan aktivitas pekerjaan yang saat ini ditekuninya, besar
kemungkinan mereka akan selalu berusaha untuk dapat menyelesaikan
masalah yang ditemuinya dalam relasinya dengan para siswa secara lebih
baik.
Bidang kerja social service menun-tut para
pekerjanya untuk memenuhi setiap kriteria yang ada dalam persyaratan
peker-jaan, baik yang berkaitan dengan karak-teristik competency
(kemampuan) maupun karakteristik psikologis seperti minat (interest),
sikap (attitude), nilai-nilai (values) dan unsur kepribadian lainnya.
Kedua karakteristik tersebut, yaitu karak-teristik competency
(kemampuan) dan karakteristik psikologis sangat besar pera-nannya dalam
job performance seseorang (John R.Schermerhorn, 2001). Sebagai guru
/dosen, besar kemungkinan telah memiliki bekal pengetahuan dan
keterampilan dibidangnya yang diperoleh selama masa pendidikannya.
Dengan perkataan lain, setiap guru/dosen dapat dianggap telah memenuhi
kriteria kemampuan sedangkan persyaratan psikologis mungkin tidak
semuanya memiliki karakteristik psikologis yang diperlukan. Perbedaan
karakteristik psikologis besar kemungkinan akan menye-babkan tingkah
laku yang berbeda untuk setiap guru/ dosen.
Minat (Interest) yang ada pada diri
seseorang memiliki suatu kekuatan yang memotivasi (motivating force)
untuk ber-tingkah laku memilih aktivitas/pekerjaan yang dirasakan
memberikan kesenangan dan kepuasan (Drever, 2006). Selain itu, minat
juga dapat berperan sebagai moti-vator sehingga individu memiliki
“kesia-pan” yang mengarahkan tingkah lakunya ke arah goal tertentu
(J.P. Chaplin, 2002). Woodworth & Marquis mengemukakan, bahwa
kegiatan akan berlangsung dengan lancar dan berhasil, apabila ada minat
yang besar dari diri individu. Sedangkan menurut Steers & Porter,
(dalam Supercrites, 2002), minat merupakan intrinsically motivating,
yaitu individu akan lebih termotivasi dalam menyelesaikan tugasnya,
karena tugas tersebut dirasakan menyenangkan. Berda-sarkan pengertian
minat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dosen/guru yang memiliki
minat yang besar di bidang social service dengan kata lain bidang
pekerjaan tersebut sesuai dengan minatnya, besar kemungkinan akan
memiliki motivasi yang besar pula dibandingkan dengan dosen/guru yang
minatnya tidak sesuai dengan bidang kerjanya. Keadaan inner state
individu dengan motivasi yang lebih besar disertai dengan kemampuan yang
memadai cende-rung menghasilkan kinerja yang lebih optimal.
Minat terhadap suatu pekerjaan juga
mencerminkan sikap positif terhadap pekerjaan tersebut. Apabila
dosen/guru memiliki minat yang sesuai dengan bidang kerjanya berarti
mereka pun memiliki kesukaan terhadap pekerjaan yang telah ditekuninya
saat ini, sehingga akan lebih memiliki kesiapan untuk bertingkah laku
dengan cara-cara tertentu yang positif. Perasaan suka, senang, dan puas
melakukan suatu pekerjaan berarti ada jalinan positif dan sehat dengan
pekerjaan tersebut sehingga lebih memudahkan dosen /guru menyesuaikan
diri secara lebih baik terhadap pekerjaannya (well vocational
adjustment) (Scheneiders, 2000). Seba-liknya menilai pekerjaan tertentu
sebagai hal yang tidak menyenangkan, membo-sankan, merasa terpaksa
bekerja atau muncul sikap negatif terhadap pekerjaan social service,
bagaimanapun kecilnya perasaan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi
kemampuan untuk menye-suaikan diri dengan pekerjaan tersebut.
Penyesuaian diri terhadap peker-jaan pada
dasarnya merupakan usaha untuk mengatasi setiap tuntutan pekerjaan yang
dirasakan stressfull, membebani dengan memberikan respons yang matang,
efisien, bermanfaat dan memuaskan. Dosen/ guru yang mampu menyelaraskan
secara efisien tuntutan pekerjaannya dengan kebutu-hannya dan dapat
merasakan kepuasaan dari pekerjaannya serta berhasil diterima oleh
lingkungannya dapat dikatakan seba-gai individu yang well adjusted
dengan pekerjaannya. Akan tetapi, apabila dalam usaha menyesuaikan diri
dengan tuntutan pekerjaan memunculkankan reaksi emosi dan defence
mechanism yang berlebihan, serta mengalami frustrasi dan muncul
reaksi-reaksi yang kurang memuaskan diri sendiri maupun orang lain, akan
menyebab-kan penyesuaian diri yang kurang baik (maladjusted). (Keith,
2006).
Bila kita melihat kembali tuntutan
pekerjaan guru/dosen yang tergolong bidang social service, maka dapat
dikatakan sebagian besar tuntutan tugasnya lebih mengutamakan hubungan
interpersonal serta keterlibatan secara emosional dan sosial dan bukan
hanya kemampuan meka-nis/teknis saja (mengajar, mendiskusikan materi,
mengevaluasi dan sebagainya). Tuntutan tugas tersebut dapat dimaknakan
oleh sebagian individu sebagai suatu tekanan, suatu yang membebani atau
sesuatu yang dapat menimbulkan stress, tergantung pada karakteristik
individu itu sendiri, baik yang berkaitan dengan karak-teristik
competency maupun karakteristik psikologis seperti minat yang ada pada
diri guru/dosen.
Setiap guru/dosen tentu telah memiliki
bekal kemampuan di bidang pengajaran, sedangkan mengenai minat tidak
semua guru/dosen memenuhinya. Perbedaan dalam intensitas minat, besar
kemungkinan menyebabkan tingkah laku yang berbeda pula. Perbedaan dalam
intensitas minat akan “mewarnai” upaya guru/dosen untuk menyesuaikan
dengan pekerjaannya. Minat terhadap suatu peker-jaan mencerminkan sikap
yang positif terhadap pekerjaan tersebut, sehingga lebih memungkinkan
individu mengarahkan ting-kah lakunya untuk memenuhi setiap tuntutan
pekerjaannya secara lebih baik. Dosen/guru yang mampu mengatasi konflik
dan toleransi frustrasi yang cukup tinggi terhadap pekerjaan akan lebih
berhasil dalam menyesuaikan diri terhadap peker-jaannya.
Menurut Alexander A.Schneiders, (2000),
mengemukakan, bahwa penyesuaian diri yang baik adalah “the well adjusted
person is one whose responses are mature, efficient, satisfying and
wholesome”. Jadi individu yang penyesuaian dirinya baik adalah orang
yang dapat memberikan respons yang matang, bermanfaat, efisien dan
memuaskan. Matang berarti, mampu memuaskan kebutuhannya dengan cara yang
dapat diterima lingkungan. Efisien berarti bahwa dalam mencapai
keinginannya individu tidak membuang energi, waktu dan melakukan sedikit
kesalahan. Yang dimaksud dengan bermanfaat adalah bahwa respons
individu ditujukan ke lingkungannya atau respons tersebut dirasa-kan
orang lain bermanfaat.
Baik dan buruknya penyesuaian diri seseorang akan berbeda-beda.
Karakteritik penyesuaian diri yang normal menurut Schneiders adalah
sebagai berikut :Absence of excessive emotionality
Adjustment yang normal ditandai dengan
adanya emosi yang tidak berlebihan atau tidak adanya gangguan dalam
emo-sinya. Seperti diketahui sebagian besar tuntutan tugas guru/ dosen
lebih mengu-tamakan hubungan interpersonal dengan para siswa yang
tentunya memiliki keluhan ataupun kritik yang beraneka macam dan
diharapkan guru/dosen mampu menanggapinya dengan cara yang memuas-kan.
Dalam menghadapi kondisi penuh dengan keluhan dan kritik sangat
memungkinkan guru/dosen “terpancing” oleh situasi tersebut dengan
menampilkan reaksi emosi yang berlebihan (seperti marah, cepat
tersinggung bahkan bersikap masa bodoh). Minat yang besar terhadap suatu
pekerjaan akan memotivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan tersebut
disertai kecenderungan memeriksa, menyelidiki/ meneliti, melaksanakannya
sehingga memungkinkan seseorang lebih mampu menilai setiap kekurangan
maupun masalah yang dihadapi secara lebih baik. Selain itu timbulnya
minat yang besar di bidang social service di diri guru/dosen seringkali
banyak dipengaruhi pula oleh nilai-nilai hidup sosial yang dialaminya
yaitu adanya kesediaan untuk memberikan pertolongan dan memberikan
kesejahteraan batin kepada orang lain. Oleh karena itu, apapun protes
dan kejengkelan siswa akan dapat dihadapi dengan keselarasan pemikiran
dan perasaan.
Karakeristik dari adjustment yang normal
adalah tidak adanya mekanisme psikologis yang berlebihan, artinya
individu dapat memberikan reaksi yang wajar/ normal terhadap masalah
atau konflik yang sedang dihadapinya. Dalam hubungan interpersonal
dengan para siswa, guru/ dosen kemungkinan akan mengahadapi situasi
“tumpahan” kekesalan para siswa. Dalam kondisi terpojok usaha untuk
menumpahkan kesalahan kepada orang lain adalah hal yang mungkin saja
terjadi, karena usaha tersebut merupakan usaha alternatif yang mampu
dilakukan dalam usaha menyesuaikan diri dengan tekanan yang dihadapi.
Minat social service yang memadai akan mendorong dosen/ guru untuk
selalu mementingkan hubungan interpersonal yang lebih hangat dan
mem-berikan toleransi perasaan kepada orang lain, sehingga memungkin
dosen/guru lebih berhasil dalam menyelesaikan persoalan yang berhubungan
dengan para siswanya.
Adanya perasaan frustrasi membuat individu
mengalami kesulitan untuk bereaksi secara normal terhadap situasi atau
masalah yang dihadapinya.Apabila individu mengalami frustrasi, maka akan
sulit baginya untuk mengolah pikiran, perasaan, motif dan tingkah
lakunya secara efisien dalam menghadapi masalah. Dosen/guru yang
memiliki minat social service rendah, berarti bidang kerja social
service tidak memuat kegiatan yang biasanya ia nikmati. Dengan perkataan
lain pilihan untuk bekerja sebagai dosen/guru tidak sesuai dengan
minatnya. Ia cenderung kurang dapat merasakan kepuasan & kenikmatan
kerja, yang ia temukan adalah kebosanan, Keterpaksaan dan akhirnya
membuat indi-vidu mengalami frustrasi. Perasaan frustrasi membuat
individu mengalami kesulitan untuk bertingkah laku menghadapi masalah
yang ada dalam pekerjaannya. Berbeda dengan mereka yang memiliki minat
social service tinggi cenderung dapat melakukan pekerjaannya dengan
perasaan senang, puas dan tentunya lebih mudah menyesuaikan diri dengan
tuntutan pekerjaannya.
Pertimbangan rasional tidak dapat
berfungsi dengan baik, bila disertai dengan emosi yang berlebihan,
sehingga individu tidak dapat mengarahkan dirinya. Individu yang tidak
mampu untuk memecahkan masalah secara rasional, maka ia akan mengalami
kesulitan dalam penyesuaian dirinya. Minat yang besar terhadap suatu
pekerjaan merupakan “motor penggerak” yang mengarahkan tingkah laku
seseorang pada pekerjaan yang memberikan kesenangan. Pekerjaan yang
dapat menim-bulkan perasaan senang, suka atau adanya bobot emosi yang
positif terhadap pekerjaan tersebut akan memudahkan dosen guru
mengarahkan diri untuk berpikir tentang masalahnya dan
mempertimbang-kannya secara rasional.
Untuk tercapainya adjustment yang normal
perlu adanya kesediaan untuk belajar dari pengalaman dan kemampuan
memanfaatkan pengalaman tersebut. Apabila individu tidak mampu
meman-faatkan pengalaman yang telah lalu, maka ia akan tetap mengalami
kesulitan dalam mengahadapi situasi yang sama. Minat social service yang
tinggi pada diri dosen/guru memungkinkannya untuk lebih “involve”/
terlibat secara aktif terhadap pekerjaan yang ditekuninya. Keterlibatan
secara aktif tersebut akan memberikan pengalaman yang berharga dan pada
akhirnya membuat para dosen/guru lebih mampu mengembangkan kualitas
dirinya. Selain itu, dengan pengalaman yang dimiliki, besar kemungkinan
mereka tidak akan mengalami kesulitan dalam meng-hadapi situasi yang
sama karena telah menemukan strategi yang lebih efektif untuk menangani
masalahnya.
Sikap yang realistik dan obyektif didasari
oleh proses belajar, adanya peman-faatan pengalaman masa lampau dan
pemikiran yang rasional. Dengan cara ini, individu dapat menilai situasi
masalah ataupun kekurangan yang dimilikinya secara obyektif. Minat
social service yang tinggi pada diri dosen/guru atau dapat dikatakan
minatnya sesuai dengan peker-jaannya cenderung menimbulkan perasaan
cocok dan perasaan lebih berguna dalam berhubungan dengan pekerjaan
tersebut, sehingga memungkinkan mereka mempe-roleh lebih banyak
pengalaman yang menyenangkan. Pengalaman-pengalaman tersebut, akan
memudahkannya untuk bersikap realistik dan obyektif terhadap masalah
atau kekurangan yang dimilikinya.
Jadi, kesesuaian minat dengan pekerjaan
secara afektif memberikan pengaruh yang positif pada pelaksanaan tugas.
Tugas sebagai seorang guru/dosen yang tergolong bidang social service
/human service, menuntut adanya minat social service yang besar. Selain
itu, dengan adanya kesesuaian minat dengan pekerjaannya, seorang guru/
dosen cenderung akan lebih well adjusted terhadap pekerjaannya
Minat terhadap suatu pekerjaan memiliki
suatu kekuatan yang memotivasi (motivating force) individu untuk
terlibat di dalam suatu pekerjaan yang memberikan kesenangan dan
kepuasan. Perasaan suka, senang, puas dalam melakukan suatu pekerjaan,
berarti ada jalinan hubungan yang sehat dan positif dengan pekerjaan
tersebut, sehingga membantu seorang menyesuaikan diri dengan baik
terhadap pekerjaan.
Chaplin JP, “A Dictionary of Psychology”, Dell Publising Co.Inc, New York, 2002.
Drever, James, “A Dictionary of Psychology”, Penguin Books Ltd, Australia, 2006.
Davis, Keith, “Human Behavior at Work”, 6th edition, Tata Mc Graw Hill Publication Company, New Delhi, 2006.
Gilmer, Von H., “Industrial and Organizational Psychology”, International Student Edition, Mc.Graw Hill Kogakusha Ltd, Tokyo, 2000.
Schneiders, Alexander, “Personal Adjustment and Mental Health”, Holt, Rinehart and Winston, New York, 2000.
Super, Donald EMA., and Crites, John O, “Appraising Vocational Fitness”, 8 th, A Harper International Student Reprint, New York, 2002.
Schermerhorn Jr., John R.,Hunt., James G., Osborn., Richard N., “Managing Organizational Behavior”, John Wiley & Sons Inc, New York, 2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar